Budaya yang Bercahaya

Witing tresna jalaran saka kulina.

Haloooo, kawan sekalian! Di tulisan kali ini, kita akan berkenalan dengan guru Bahasa Jawa yang baru. Yuk, jangan skip dulu, yaa!

Guru cantik yang satu ini namanya Bu Nofi Antikasari, S.Pd. Beliau adalah satu-satunya guru berlatar belakang pendidikan dan sastra daerah yang berasal dari Kencong, Kabupaten Jember. Sejak kecil, Bu Nofi sangat suka menyanyi. Bahkan, saat duduk di bangku putih biru, beliau juga pernah ikut ekskul musik di sekolahnya. Kala itu, beliau bernyanyi lagu pop barat. Namun, rupanya genre tersebut kurang cocok untuk suara beliau.

Menginjak SMA, beliau tetap mengeksplorasi diri di dunia musik. Bedanya, kali ini Bu Nofi diberi masukan untuk bernyanyi campursari – dan suaranya cocok! Alhasil, beliau sering bernyanyi campursari untuk acara-acara sekolah. Karena ini juga, beliau masuk ke ekskul karawitan sebagai penyinden, yang mana baru dibentuk kala itu.

Lulus dari putih abu-abu, Bu Nofi sebetulnya ingin melanjutkan kuliah di ISI Solo. Namun, pada saat itu, beliau kurang percaya diri untuk ke sana. Hal inilah yang menjadi salah satu bekal pengalaman beliau menjadi pendidik. Awalnya, orang tua Bu Nofi menyarankan agar anak semata wayangnya untuk melanjutkan pendidikan di UNEJ Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Namun, saking cinta dan ambisinya pada budaya Jawa, Bu Nofi akhirnya berkuliah di UNESA dengan Jurusan Pendidikan dan Sastra Daerah. “Saya kepinginnya itu pertama-tama harus bisa benerin istilah-istilah dalam Bahasa Jawa yang asing bagi saya dan orang lain, barulah naik ke atas panggung,” tegas Bu Nofi.

Nah, itu dia, temen-temen. Sekilas dulu, yaa, tentang Bu Nofi. Untuk menutup artikel ini, ada pesan, nih, temen-temen, dari Bu Nofi: “Semoga murid-murid di SMAK Santo Paulus memiliki minat untuk mempelajari budaya Jawa karena mereka tinggal di tengah-tengah masyarakat yang berbudaya Jawa.”

Jurnalis:

Cheerly Tannia Hartono Kelas XII MIPA 1/04

Foto:

Cheerly Tannia Hartono Kelas XII MIPA 1/04